Hidup ini bagaikan seorang musafir yang dalam
perjalanannya menuju ke kampung halamannya, saat ia merasa lelah dan
beristirahat sejenak di bawah pohon . Nah saat beristirahat itulah ‘kita di
dunia’. Mulai dari lahir, sekolah ,
remaja dan dewasa , kemudian menjadi tua dan meninggalkan dunia , karena sudah
cukup beristirahat dan kembali meneruskan perjalanannya menuju kampong
halamannya.
Secara umum semua orang takut menghadapi kematian.
Itu manusiawi siapapun merasakan yang demikian . Muncul banyak pertanyaan:
apakah benar bahwa jiwanya tidak mati , pada saat fisik dan batang otaknya mati
? Masuk kehidupan jenis apakah berikutnya ? Ini pertanyaan wajar karena kita
belum pernah mendengar orang yang sudah mati , kembali ke dunia dan bercerita apa yang ada di ‘balik’ kehidupan
sekarang ini . Namun sebagai orang beriman kepada yang gaib tentulah kita akan
percaya kepada Allah swt maupun apa yang disampaikan Rasululah saw, meyakini
ucapannya bahwa :“ Barangsiapa yang
membenci pertemuan dengan Allah maka Allah membenci bertemu dengannya” (HR
Bukhori dan Muslim).
Kecintaan kepada Allah akan membawa seseorang
memimpikan bertemu kepada Allah swt. Tentulah ia ingin bertemu Allah dalam
kondisi terbaiknya. Untuk itu ia akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Ia akan senantiasa menjaga
hari-harinya bahkan setiap detik
kehidupannya untuk membuktikan keimanannya dengan berbuat kebajikan. Beramal
hanya karena Allah semata, tanpa mengharapkan diketahui oleh seorang manusiapun.
Bukan untuk mendapatkan suara dalam pemilu, bukan mengharapkan kenaikan pangkat
, bukan mengharapkan pujian bahkan
ucapan terima kasih. Ia akan senantiasa bekerja dimanapun ia berada, dengan
tulus bekerja dan menjalani hidupnya dengan penuh rasa optimis. Rasa optimis demikianlah yang menyebabkan jiwa
akan senantiasa tenang.
Allah swt berfirman yang artinya: “ Barangsiapa mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya , maka hendaklah ia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia memepersekutukan
dengan sesuatu pun dalam beriadah kepada Tuhannya” Q (18:110)
Optimisme ini akan membawa kekuatan untuk bekerja
keras dan sungguh-sungguh dalam memerangi kecenderungan jiwanya untuk melakukan
hal-hal yang menghambat perbaikan diri untuk menghadap TuhanNya , Allah
swt. Kita meyakini masa hidup di dunia
ini ada akhirnya , kita harus melanjutkan perjalanan menuju kampung akhirat.
Kita pun sudah melihat di sekeliling kita satu demi satu orang yang kita
sayangi, orang yang kita kenal pergi meninggalkan dunia dan tentunya kembali
kepada Allah swt. Karena itu kita harus bekerja keras men-tauhid-kan Allah ,
beribadah dan bermala sholeh sebagai bukti keimanan kita. Inilah jalan yang ditempuh agar harapan
perjumpaan dengan Allah swt terwujud .Kita akan menjadi manusia yang aktif ,
tidak pemalas dan mudah putus asa , sabar atas apapun persepsi orang kepada
kita , karena semua yang kita lakukan kita tujukan untuk meraih ridho Allah
semata. Jiwa kita akan tenang menjalani kehidupan sambil mendambakan perjumpaan
dengan Allah swt. Allah swt berfirman :
“ wahai jiwa yang tenang , kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoiNya ” Q 89:27
0 komentar:
Posting Komentar